Selasa, 15 Maret 2016

Mengenal lebih dekat Legenda dari raja Arthur

Mungkin kalian sudah pernah mendengar mengenai Legenda dari raja Arthur dan pedang Excaliburnya yang Legendaris. Tetapi tahukah kalian kalau ternyata Legenda Raja Arthur memiliki beberapa versi dan kesemuanya saling besinggungan. Oleh karenanya kami akan mencoba mengulas mengenai seperti apakah kenyataan di balik Legenda Raja Arthur.

Legenda Umum

Legenda Raja Arthur menyatakan bahwa dia terlahir pada abad ke-5 Masehi. Disebutkan bahwa penyihir besar pada waktu itu yaitu Merlin mengelabui Uther Pendragon, salah satu serdadu Inggris, untuk menyamar sebagai Duke dari Tintagel (suami Igraine dari Corwall). Uther merayu Igraine di sebuah pondok Tintagel, tetapi anak yang dilahirkan dari hubungan mereka diberikan kepada orang lain sejak lahir. Anak itu diberi nama Arthur dan dibesarkan tanpa mengetahui sama sekali garis keturunannya.

Ketika Uther meninggal, tahta kerajaan kosong. Merlin menancapkan sebilah pedang yang disebut Excalibur ke dalam sebuah batu dan menyatakan bahwa hanya seorang yang benar-benar dari garis keturunan kerajaan yang akan mampu mencabut Excalibur dari batu tersebut. Ketika Arthur yang masih muda ternyata dia adalah orang satu-satunya yang mampu mencabutnya, dia diumumkan sebagai raja. Tujuh penguasa Inggris lainnya memberontak melawan pemimpin yang masih muda itu, namun Arthur mampu memadamkan pemberontakan mereka dan memulai suatu pemerintahan yang jaya.

Arthur menikahi Guinevere dan mengumpulkan sekelompok ksatria pemberani dan jujur di suatu kerajaan yang berkedudukan di Camelot, Lembah Avalon. Untuk menghindari perasaan pilih kasih dikalangan ksatria, ayah Guinevere memberikan meja bundar yang sangat terkenal kepada Raja Arthur. Bersama-sama mereka mendapatkan kemenangan-kemenangan besar melawan para penyerbu Saxon dan Kekaisaran Romawi. Arthur bahkan dikatakan menjadi kaisar sendiri dan memulai pencarian Cawan Suci. Akan tetapi, pada waktu itu salah seorang ksatria dari Raja Arthur yang paling dipercaya, Lancelot, berselingkuh dengan Guinevere.

Hai ini menandai permulaan runtuhnya kejayaan Raja Arthur. Kedua kekasih itu melarikan diri ke negeri Lancelot di Brittany, Prancis. Arthur memutuskan untuk menyusulnya dan melawan mantan sahabatnya. Kemudian Inggris diserahkan kepada Mordred, keponakannya. Ketika Arthur sedang bertempur di sepanjang Terusan Inggris, Mordred memberontak, sehingga Arthur terpaksa kempabali ke negaranya. Perang yang sengit berlangsung di Dataran Salibury. Raja Arthur berhasil membunuh Mordred, tetapi sang raja terluka parah. Di ambang kematian, dia kembali ke Avalon. Konon dia telah melemparkan Excalibur ke danau kerajaan dan dia sendiri menghilang ke dalam sebuah goa, dan bersumpah bahwa dia akan kembali jika bahaya mengancam Inggris.

Beberapa penyimpangan

Banyak kisah berbeda tentang pedang Excalibur ini. Konsep yang ada memang sudah jelas, bahwa Excalibur adalah pedang milik Arthur. Namun banyak kisah menyimpang tentang darimana Arthur mendapatkan pedang Excalibur.

Di suatu site dikatakan bahwa King Arthur pernah mencabut sebuah pedang dari batu. Dan nama pedang itu  adalah Caliburn. Lalu di sebuah pertempuran melawan Raja Pellinore, Arthur kehilangan Caliburn dan akhirnya Lady of the Lake memberinya pedang ajaib Excalibur.

Dan di site lainnya, dikatakan bahwa ada dua legenda berbeda dari pedang Excalibur ini. Yang pertama, muncul dalam puisi Robert de Boron Merlin bahwa pedang Excalibur adalah pedang yang dicabut Arthur dari batu. Dan legenda kedua, yang ada dalam Suite du Merlin, mengatakan bahwa Arthur menerima Excalibur dari Lady of the Lake karena pedangnya rusak dalam pertempurannya melawan Pellinore.

Ada juga beberapa variasi mengenai kisang sang penyihir Merlin, di mana seorang penyihir (dalam versi dongeng) atau 'si penasihat' Raja Arthur (dalam versi nyata). Tugas Merlin (dalam kisah Arthur nyata) adalah meramal dan melihat masa depan.

Kisah menyimpang mengenai hubungan Merlin dengan Raja Arthur yaitu saat diragukan adanya dua Arthur dalam satu zaman yang sama. Yaitu adanya Arthur yang lain bernama Pangeran Arthur Dyfed di tahun 506. Dan dikatakan bahwa Ibu Merlin adalah adik dari Arthur Dyfed, yang berarti menjadikan Merlin sebagai keponakan Arthur Dyfed. Dan dikatakan juga pada saat yang sama, Merlin adalah sepupu dari Arhur Mac Gabran di Pendragon.

Tapi seandainya Pangeran Arthur Dyfed tidak dianggap sebagai Raja Arthur, tidak ada yang perlu dipusingkan tentang hubungannya dengan Merlin. Lagipula belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Pangeran Arthur Dyfed bisa dianggap sebagai Raja Arthur. Begitu pula raja dan pangeran lainnya yang belum bisa dipastikan bahwa salah satu dari mereka adalah Raja Arthur yang diceritakan dalam legenda.

Selain Merlin, juga masih banyak pertanyaan tentang saudara tiri Arthur, Mordred. Ada berbagai kisah yang didapat dari berbagai sumber yang berbeda. Yang pertama, diceritakan bahwa Arthur jatuh cinta dengan saudara tirinya, Mordred, (disini status Modred makin membingunkan, apakah pria atau wanita). Dan lalu mereka mempunyai anak bernama Mordred Junior.

Dan sumber kedua, yang mengatakan bahwa Raja Arthur adalah seorang wanita, diceritakan bahwa Raja Arthur (Arthuria) berhasil membunuh Mordred, yang langsung dia sesali setelah mengetahui bahwa Mordred ternyata adalah saudara tirinya (yang juga perempuan).

Dan di cerita ketiga, yang paling umum dikisahkan, yaitu Mordred yang merupakan musuh Arthur, berhasil dibunuh Arthur dalam peperangan, tetapi Raja Arthur terluka parah dan meminta Sir Bedivere melemparkan Excalibur ke danau, mengembalikan Excalibur kepada Lady of the Lake, sebelum akhirnya meninggal.

Memang masih banyak lagi kisah rumit dari legenda King Arthur. Diantaranya penghianatan Ratu Guinevere, pasangan Arthur, dengan prajurit kepercayaan Arthur, Lancelot, yang berselingkuh dibelakangnya. Diceritakan bahwa tercatat dalam St.Columba, pada saat itu Ratu Guinevere diculik oleh Raja Urien, musuh Raja Arthur, dan Lancelotlah yang menyelamatkannya, yang pada akhirnya menyebabkan perselingkuhan dan penghianatan oleh mereka terhadap Raja Arthur.

Asal Muasal Kisahnya

Kisah raja Arthur dituturkan pertama kalinya dalam dongeng Wales kuno. Tetapi nampaknya ceritanya banyak dipengaruhi budaya Celtic. Anehnya nama Arthur sendiri bukanlah nama yang lumrah di telinga bangsa Wales. Nama ini sebenarnya berasal dari kata Art yang dalam bahasa Celtic berarti beruang. Nama itu berasal dari nama dewa beruang, Artio. Ia juga dipercaya sebagai manusia keturunan dewa dan beruang.

Dalam tradisi Wales, nama Arthur disebut-sebut dalam Syair kuno Pa Gur Yv Porthair. Penggalan syair itu menceritakan sekelumit kisah pertempuran Arthur melawan werewolf (serigala jadi-jadian). Nama Arthur pertama kali muncul dalam puisi Y Gododdin yang berasal dari abad ke-7 M. Dalam puisi karya Aneirin ini, Arthur tidak terlalu banyak dibahas. Aneirin hanya menyebutkan Arthur sebagai orang perkasa yang “tidak dapat dibandingkan kehebatannya dengan orang lain sezamannya”. Kisah tentang Arthur lainnya terdapat dalam Culhwch and Olwen dan Dream of Rhonabwy dari abad ke-11. Tetapi mungkin sumbernya lebih tua lagi umurnya.

Di luar tradisi Wales, nama Arthur dikenal pertama kali dalam De Excidio Britanniae karangan St. Gildas, seorang pendeta dari Inggris Utara pada pertengahan abad ke-6. Tetapi karangan ini lebih banyak menuturkan masa akhir kekuasaan Romawi di Inggris dan lahirnya raja-raja baru. Gildas lebih banyak membicarakan Ambrosius Aurelianus dan pertempurannya di Badon. Ia hanya sedikit menceritakan sekelumit cerita tentang Arthur. Menurut cerita itu, Arthur adalah pemimpin bangsa Wales yang menyunting Guinevere, seorang putri dari negara di bagian Inggris Selatan. Pasangan ini tidak mempunyai anak. Arthur akhirnya gugur dalam pertempuran. Saat itu nama-nama seperti Merlin, Morgana le Fay atau pun Launcelot belum lagi muncul.

Nennius dari Bangor Fawr (Gwynedd) menceritakan 12 pertempuran Arthur melawan bangsa Saxon dan Kelt. Pertempuran yang paling hebat adalah pertempuran yang berlangsung di bukit Badon (Badon Hill). Kisah-kisah pertempuran itu terdapat dalam buku Historia Brittonium dari abad ke-9. Tetapi nampaknya Nennius bukanlah penulis aslinya. Ia hanya menerjemahkan naskah kuno Wales ke dalam Bahasa Latin. Arthur dikisahkan lebih lengkap dalam Annales Cambriae. Buku yang menceritakan rentang sejarah Inggris dari tahun 447 sampai 957 M, ini menceritakan banyak kejadian penting tentang kehidupan Arthur. Dua kejadian paling penting yang diceritakannya adalah pertempuran Badon yang menewaskan 900 orang Anglo Saxon dan kematian Arthur dan Medrout (Mordred) dalam peperangan di Camlann. Namun, menurut Nennius, Arthur bukanlah seorang raja. Arthur hanyalah seorang Dux Bellorum atau panglima perang yang bekerja untuk Raja Britania Raya dalam peperangannya mengusir Bangsa Saxon.

Raja Arthur yang Sebenarnya

Sulit membayangkan Arthur sebagai tokoh sejarah. Kisah hidupnya terlalu banyak dibumbui hal-hal gaib dan mistik. Dalam versi aslinya yang memang berbentuk legenda, Arthur digambarkan sebagai pemimpin kelompok pahlawan super. Tempat tinggalnya dipenuhi makluk-makluk aneh, raksasa dan berbagai keajaiban. Menurut kisah Cai and Bedwyr, Arthur tinggal di bagian paling liar dari daratan Britania. Arthur juga dilukiskan sebagai pelindung negerinya, pembunuh raksasa dan penyihir, pemburu binatang buas seperti babi hutan raksasa, unicorn (kuda bertanduk satu), kucing buas, naga terbang dan pembebas para tawanan. Setelah kematiannya di Camlann, Arthur juga dipercaya akan hidup kembali dari Pulau Avalon
.
Meskipun banyak yang menganggap Arthur hanya tokoh rekaan, masih banyak juga yang percaya tokoh ini benar-benar pernah hidup. Golongan terakhir ini yakin Arthur hidup pada masa berakhirnya penjajahan Romawi di Inggris, pada sekitar abad ke-5 sampai 6 Masehi. Jika benar-benar ada, siapakah Arthur yang sebenarnya? Sampai saat ini tidak ada yang mengetahuinya secara pasti. Tetapi banyak tokoh sejarah yang dikait-kaitkan dengan Arthur. Tokoh yang sering disebut-sebut sebagai Arthur yang asli adalah Lucius Artorius Castus. Castus adalah komandan pasukan Romawi dari Sarmatian. Ia pernah memimpin pemadaman pemberontakan di Gaul (Perancis). Nama tengahnya, Artorius, mungkin kemudian dipakai sebagai nama gelar bagi para pahlawan abad ke-5 Masehi. Dari sinilah legenda Raja Arthur dimulai.


Mungkin saja asal muasal cerita ini berasal dari legenda Scytia. Budaya Scytia masuk ke Inggris pada abad ke-2 saat sekelompok pasukan berkuda dari Sarmatian (kaum Scytia) dibawa masuk oleh Arturius Castus ke Inggris Utara. Orang-orang Scytia adalah bangsa nomaden dari Eurasia. Kisah Arthur persis sama dengan legenda Bartraz dari Scytia. Kisah-kisah pedang Excalibur, pencarian cawan suci (Holy Grail) dan kembalinya pedang Excalibur ke dalam danau, juga banyak ditemukan dalam kisah-kisah kaum Scytia.

Kandidat kedua adalah Riothamus, pahlawan pertempuran Deols di Poitou. Menurut sejarawan Geoffrey Asshe, seorang sejarawan yang banyak meneliti naskah kuno tentang Arthur, panglima perang Romawi ini memang dikenal gagah berani. Lalu apa hubungannya dengan nama Arthur? Namanya sama sekali tidak mirip dengan Arthur. Ternyata Arthur adalah nama baptisnya. Sayangnya, nasibnya berakhir tragis saat menumpas pemberontakan bangsa Visigoth di Burgundy pada tahun 470 M. Padahal dalam babad klasiknya, Arthur justru gugur dalam pertempuran di Camlann pada tahun 539 M.


Mungkin legenda Arthur terinspirasi oleh kisah kepahlawananya. Kemungkinan lainnya, setelah Riothamus gugur, kesatuan miliknya yang bernama Artorius tetap hidup dan merekrut anggota baru. Pasukan ini bertempur di Badon dan akhirnya jatuh akibat konflik internal di Camlann. Tokoh lainnya yang disebut-sebut sebagai Raja Arthur asli adalah Kaisar Maximus atau Maxen Wladig dari Spanyol. Konon ia pernah menaklukkan Romawi sebelum akhirnya tertangkap dan dieksekusi oleh Kaisar Romawi sendiri.

Menelusuri sejarah Arthur dari kesamaan namanya saja bisa menimbulkan kesulitan tersendiri. Maklumlah, saat itu di daratan Britania banyak raja yang namanya mirip-mirip dengan nama Arthur. Ambil contoh saja Raja Arthwys dari Pennine, Raja Arthwyr dari Dyfed, Raja Anwn dari Glamorgan dan Raja Artwys dari Glywyssing dan Gwent. Mungkin salah satu diantara nama-nama itu adalah Arthur yang asli. Tetapi mungkin juga tidak ada satu pun yang merupakan Arthur yang sesungguhnya.

Bila Arthur memang benar-benar ada, bagaimana dan di mana peninggalannya? Banyak reruntuhan yang disebut-sebut sebagai peninggalan masa Arthur. Arthur selalu dihubungkan dengan berbagai tempat di Inggris bagian Selatan. Berbagai lokasi seperti benteng Tintagel, Cadbury, Glastonbury dan hingga Stonehenge dianggap sebagai peninggalan Raja Arthur. Sayangnya bukti-bukti sejarah tidak mendukung teori ini. Lantas di mana Camelot yang sebenarnya? Kalau ditilik dari sejarah masa itu, mungkin saja Camelot bukanlah nama sebuah negara atau kota seperti yang diyakini sebagian besar orang saat ini. Mengingat orang-orang Arthur adalah bangsa pengembara yang selalu berpindah-pindah, Camelot bisa saja merupakan kelompok karavan masyarakat nomaden ini atau bahkan mungkin nama sebuah kelompok masyarakat.

Menyingkap sisi sejarah Arthur melalui penggalian peninggalan-peninggalan kuno memang sangat sulit. Bangunan yang umum pada zaman Arthur sebagian besar dibuat dari kayu. Sayangnya kayu mudah sekali membusuk sehingga nyaris tidak mungkin ditemukan lagi sisanya. Penggalian makam juga bukan alternatif yang baik. Saat itu Inggris sudah dikristenkan sehingga kebiasaan menguburkan mayat dengan peti besar dan menaruh berbagai peralatan di dalamnya sudah lama ditinggalkan. Kebiasaan itu digantikan dengan penguburan dengan membuat lobang dangkal yang kemudian ditutupi tumpukan batu (dikenal sebagai cairn). Sialnya lagi, Inggris bagian Utara didominasi daerah berawa-rawa. Jika banjir datang, peninggalan yang terpendam di dalam lapisan tanah akan hanyut dan hancur. Alternatif yang masih ada mungkin meneliti benteng-benteng dari batu atau mempelajari naskah-naskah kuno.

Pengaruh Perancis

Orang yang paling banyak mempengaruhi cerita klasik Raja Arthur seperti yang kita kenal saat ini adalah Geoffrey of Monmouth. Dalam buku History of The Kings of Britain yang ditulisnya pada tahun 1139, Geoffrey menceritakan kembali dongeng raja Arthur dengan lebih detail. Sebenarnya buku ini dimaksudkan sebagai buku sejarah. Sayangnya banyak informasi sejarah yang dicampur aduk dengan legenda dan mistik. Bagian awal buku ini menceritakan mitologi Celtic dan kisah dewa-dewanya. Bagian selanjutnya menceritakan raja-raja pertama Celtic seperti Bladud, Leir, Belenus, Brennius dan lain-lain. Lalu secara tiba-tiba Geoffrey menuturkan sejarah yang sesungguhnya, dimulai dari invasi Julius Caesar ke Kepulauan Inggris pada tahun 55 SM hingga masa kejayaan pemerintahan Raja Arthur.

Geoffrey of Monmoth meneruskan tradisi Arthur kaum Wales dengan menambahkan beberapa tokoh baru. Banyak tokoh penting dalam kisah raja Arthur dan ksatria meja bundar yang kita kenal sekarang ternyata dicomot dari beberapa dongeng kuno lainnya dan dimasukkan begitu saja dalam cerita Arthur dan kstaria meja bundarnya. Misalnya, tokoh Merlin (penasehat Arthur) berasal dari legenda Myrddin. Menurut cerita aslinya Merlin adalah orang liar yang hidup di hutan Caledonia. Lancelot du Lac berasal dari dongeng Celtic, Lady of the Lake (peri danau). Dengan penambahan yang sembrono itu, maka jadilah kisah Arthur yang amburadul dan semakin jauh dari aslinya. Sialnya justru kisah gado-gado inilah yang saat ini banyak dikenal orang.

Cerita Arthur klasik juga dipengaruhi gaya Perancis. Di tangan penyair Perancis, Chretien de Troyes, kisah Arthur menjadi semakin rumit. Dalam bukunya yang berjudul Le Chevalier de la Charette, karakter-karakter seperti yang dikenal sekarang, mulai banyak bermunculan. De Troyes juga menerjemahkan nama-nama Wales menjadi Perancis. Cerita versi de Troyes inilah yang kini menjadi dasar cerita klasik Arthur. Kisah Lancelot dan piala suci menjadi bagian yang sangat penting dalam cerita versi baru ini. Padahal dalam tradisi bangsa Celtic, kisah cawan suci itu tak dikenal sama sekali.

Chretien de Troyes mengubah total tokoh-tokohnya dari para tuan tanah Wales kuno menjadi kaum ksatria berkuda dari abad ke-12 dan 13 M. tentu saja setting sejarah baru itu mengubah total penampilan tokoh-tokohnya. Hasilnya adalah kisah Ksatria Wales kuno abad 5 dalam versi pasukan berkuda Perancis dari abad ke-13 M.

Pada tahun 1190. lewat Buku Le Roman del’Estoire dou Graal (Joseph d’Arimathie), Robert de Boron menambahkan kisah pencarian cawan suci (Holy Grail) yang menampung darah Yesus oleh ksatria meja bundar. Cerita klasik Arthur menjadi semakin kacau di tangan Thomas Malory. Dalam Buku Le Morte d’Arthur yang ditulisnya pada abad ke-15 M, Malory memermak cerita ini habis-habisan. Arthur versinya adalah Arthur yang memimpin sepasukan ksatria berkuda dan berbaju zirah (besi). Padahal pada masa kehidupan Arthur asli yang berlangsung pada sekitar abad ke-4 dan 5 Masehi, baju zirah belum lagi dikenal di Inggris. Arthur dan ksatria sezamannya mungkin berpakaian sederhana dan tidak sekaya dan semegah seperti yang digambarkan dalam kisah klasik Arthur versi Malory.

Malory pula lah yang mengubah setting Arthur dari masa kegelapan (Dark Age) menjadi ksatria berkuda dari abad pertengahan. Apesnya lagi, bukunya dicetak besar-besaran oleh Penerbit Caxton dan disebarkan secara luas di masyarakat. Akibatnya kebanyakan orang lebih mengenal versi terbaru ini daripada versi aslinya. Di masa pemerintahan Ratu Victoria, cerita yang sudah salah kaprah ini semakin dipatenkan oleh Alfred Lord Tennyson dalam Buku Idylls of the Kings.

Dipolitisir Henri II

Ada kalanya dongeng raja Arthur dipolitisir untuk untuk melegitimasi kekuasaan. Raja Henry II Plantagamet yang bertahta pada abad ke-12, merekayasa legenda ini untuk kepentingan tahtanya. Ia memerintahkan para penulis kerajaan untuk menuliskan kembali versi terbaru Raja Arthur sesuai kehendaknya. Ia pun menganggap dirinya sebagai keturunan Raja Arthur yang gagah berani itu. Ketika Henry II meninggal pada tahun 1189 M, para rahib Gereja Glastonbury Abbey mengumumkan bahwa mereka telah menerima wasiat dari sang raja untuk menggali makam Raja Arthur. Dalam wasiatnya, Henry II mengaku mendapat informasi keberadaan makam itu dari para rahib Wales. Yang mengejutkan, makam itu berada di halaman Gereja Glastonbury Abbey!
Para penggali makam kemudian berhasil menemukan peti kayu berisi dua kerangka manusia dan sebuah salib batu.

Kerangka itu diyakini sebagai kerangka Arthur dan Guinevere. Pada salib raksasa itu terpahat tulisan, Hic iacet sepultus inclitus rex Arturius in insula Avallonis. Artinya “Di tempat ini bersemayam Raja Arthur, dimakamkan di Pulau Avalon”. Kedua kerangka itu kemudian di simpan di dalam gereja, tetapi kemudian lenyap tak berbekas. Belakangan ketahuan bahwa salib batu dan peti kayu itu bukannya berasal dari abad ke-5 Masehi, tetapi buatan abad ke-12 alias masih baru! Wasiat ini mungkin akal-akalan para rahib Glastonbury Abbey untuk menarik sumbangan bagi pembangunan kembali gereja yang sempat hangus dilalap si jago merah pada tahun 1184 M. Alasannya, Raja Henry II tidak sanggup lagi membantu pembangunannya. Sedangkan penerusnya, Raja Richard (Richard the Lion Hearth), terlalu sibuk dengan urusan perang salib.

Namun nampaknya nama Arthur memang terbukti manjur sebagai pemersatu bangsa. Raja Henry VII tahu betul kedigdayaan nama itu. Seperti pendahulunya, ia juga memanfaatkan nama Arthur untuk melegitimasi kekuasaannya yang mulai goyah dalam suasana negara yang sedang kacau. Nama Arthur sama digdayanya dengan Ratu Adil dan mampu mempersatukan rakyat yang terpecah-pecah. Orang masih percaya bahwa dalam keadaan kacau dan genting, Arthur akan bangun dari peristirahatannya di Avalon dan memimpin bangsanya keluar dari masalah.

Dari legenda ke layar lebar

Kisah Raja Arthur yang kita kenal sekarang merupakan kombinasi antara sejarah dan mitologi. Kisah klasik ini dimulai dengan kisah pembuangan bayi Uther Pendragon. Bayi yang dipungut Merlin ini kelak menjadi Raja Arthur. Arthur membentuk pasukannya, ksatria meja bundar yang terdiri atas 24 ksatria. Belakangan Arthur dikhianati oleh permaisurinya, Guinevere, yang main gila dengan Lancelot du Lac. Saudara tirinya Mordred, juga mencoba merebut kekuasaannya di Camelot saat Arthur dan ksatria meja bundar lainnya sedang mencari Holy Grail. Kisahnya diakhiri dengan peperangan antara Raja Arthur dan Mordred di Camlann. Ketika gugur, jenasahnya dibawa para peri ke Pulau Avalon dan pedangnya dikembalikan ke dalam danau.

Kisah Arthur klasik dibumbui dengan segala sihir dan binatang-binatang mitologi seperti unicorn dan naga terbang. Meskipun nilai sejarahnya diragukan, kisah klasik ini menginspirasi para penulis untuk menuliskan kembali kisahnya dari sudut pandang yang berbeda. Pada tahun 1938, T.H. White menerbitkan Novel The Sword in the Stone. Pada tahun 1982, Marion Zimmer Bradley mengangkat kembali Arthur dalam Novel The Mists of Avalon.

Sineas film pun tak ketinggalan latah mengangkat kisah amburadul ini ke layar lebar. Yang paling terkenal adalah Excalibur (1981) karya John Boorman. Lalu ada film Merlin, The Mists of Avalon dan film kartun The Quest for Camelot. Richard Gere dan Sean Connery muncul dalam Film First Knight (1995). Belakangan Jerry Bruckheimer membuat terobosan berani dengan membuat Film King Arthur (2004) yang dibintangi oleh Clive Owen, Keira Knightley, Hugh Dancy dan Ioan Gruffudd. Berbeda dengan film-film Raja Arthur dan ksatria meja bundar lainnya yang penuh dengan sihir, Bruckheimer mengambil sudut pandang asal mula legenda Arthur, yaitu dari tokoh sejarah Artorius Castus, pemimpin pasukan Sarmatian Romawi yang ditugaskan di Inggris. Hanya saja Bruckheimer masih saja menempelkan tokoh-tokoh klasik macam Guinevere, Lancelot, Galahad, Bors dan Merlin yang masih diragukan keasliannya dalam ceritanya.

Excalibur yang asli

Walaupun legenda Arthur merupakan cerita rakyat belaka, ternyata pedang excalibur benar-benar ada. Hanya saja pedang tersebut tidak ditemukan di Inggris, melainkan di Italia. Di dalam sebuah kapel di Monte Siepi, Italia ada sebuah pedang kuno yang tertanam di dalam batu. Pedang itu diyakini sebagai senjata milik San Galgano, seorang kesatria dari Tuscany yang hidup pada abad 13.
Galgano yang bernama asli Galgano Guidotti tadinya adalah kesatria bengis yang sudah membunuh begitu banyak nyawa. Dia menghabisi nyawa musuh-musuhnya dengan pedang tersebut. Suatu ketika ia didatangi Malaikat Michael dan diminta untuk meninggalkan cara hidupnya yang penuh dosa. Galgano menegaskan bahwa melakukan hal itu sama sulitnya dengan menancapkan pedang ke batu.
Kemudian untuk membuktikan perkataannya itu Galgano mencoba menancapkan pedangnya ke sebuah batu di dekatnya. Tak disangka pedang tersebut tertancap di dalam batu begitu mudahnya. Kemudian Galgano pun memutuskan untuk bertobat dan meninggalkan pedangnya yang masih tertancap di dalam batu hingga sekarang.

Pedang dan batu itu sampai sekarang masih tersimpan di San Galgano Abbey, Monte Siepi, Italia. Kemungkinan besar kisah pedang ini sampai ke Inggris dan menjadi asal-usul legenda Arthur. Selama ini banyak yang menduga kalau pedang excalibur di San Galgano Abbey palsu. Tetapi penelitian pada tahun 2001 membuktikan kalau pedang ini berasal dari periode yang sama dengan kisah hidup San Galgano.

"Melakukan penanggalan pada logam adalah tugas yang sangat sulit, tapi kami dapat mengatakan kalau komposisi logam dan modelnya cocok dengan era legenda tersebut berasal," kata Luigi Garlaschelli, salah satu peneliti dari University of Pavia seperti dilansir The Guardian.

Pendalaman Kisah Excalibur 

Exalibur merupakan sebuah pedang yang terkenal dengan kekuatan magisnya yang dimiliki oleh Raja Arthur. Menurut legenda yang ada, penasihat spiritual dari sang Raja yang bernama "Merlin" sangat khawatir dengan kekalahan yang akan menimpa raja Arthur.

Ia mengajak Raja untuk pergi ke danau, dan sesampainya mereka di sana, ternyata muncul sebuah tangan dari dasar danau yang sedang memegang sebilah pedang. Pedang tersebut memiliki kekuatan yang tak tertandingi, keindahan yang menawan, bahkan konon katanya sarung pedang tersebut dibuat oleh per yang dapat melindungi sang pemiliki pedang. Tanpa pikir panjang, Raja Arthur langsung mengambil pedang tersebut, dan pada akhirnya ia memiliki pedang yang dinamakan "Exalibur".
Sebelum diberi nama "Exaclibur", pedang legendaris tersebut sebelumnya memiliki nama "Caladfwlch" sebuah kata dari bahasa wels yang berarti "Kilau Kilat". Lalu berganti nama lagi menjadi "calibur" dan yang pada akhirnya nama pedang itu berkembang menjadi "Excalibur".
Menurut legenda yang ada, pedang Exalibur memiliki ukiran di salah satu sisinya dan kekuatan sihir dari pedang tersebut sangatlah hebat. Seperti yang diungkapkan dalam karya Thomas Malory, bahwa ketia Raja Arthur mengeluarkan pedang "Excalibur", maka cahaya terang dan kekuatan sihir yang hebad akan keluar sehingga musuh-musuhnya akan mengalami kebutaan.

Konon, sarung dari pedang tersebut juga memiliki kekuatan yang sangat hebat pula. Apabila pemiliki dari pedang ini terluka parah, maka ia tidak akan sampai meninggal dunia. Bahkan ada pula yang mengisahkan, bahwa pemilik dari pedang misterius ini tidak dapat terluka sama sekali.
 Legenda Pedang Excalibur, Milik Raja ArthurDibalik kisah kejayaan Raja Arthur dengan pedang "Excalibur", ternyata ada juga kisah tentang bagaimana hilangnya masa kejayaan dari Raja Arthur. Di akhir hayatnya, pedang "Excalibur" dicuri dan dibuang ke danau oleh Morgan le Fay yang ternyata masih saudara dari Raja Arthur.

Pernah juga para prajurit di perintah untuk mencari pedang Excalibur dan berhasil ditemukan tapi tanpa sarung pedang dan tak pernah terlihat hingga saat ini. Pada perang Camlann, Raja Arthur terluka. Lalu ia menyuruh Bedwyn untuk mengembalikan pedang tersebut ke dalam danau. Akan tetapi, Bedwyn tidak menuruti perintah sang raja dan ia menyembunyikan pedang tersebut untuk kepentinganya sendiri.

Tapi sang Raja Mengetahui tindakan Bedwyn, dan akhirnya ia benar-benar mengembalikan pedang tersebut ke dalam danau. Menurut pengakuan Bedwyn pada saat ia akan mengembalikan pedang tersebut, muncul kembali tangan dari dasar danau dan menangkap pedang "Excalibur" yang ia lemparkan.

Bukti Keontetikan

Bukti pertama yang kita miliki atas tokoh Arthurian ada di dalam karya Gilda De Exidio yang bernama Britanniae pada abad ke enam yang mengacu kepada para prajurit Inggris yang dipimpin oleh seorang pria yang disebut Ambrosius Aurelianus. Nama “Arthur” terlihat di dalam karya Nennius pada abad ke sembilan Historia Brittonum. Akan tetapi, baru pada abad kedua belas, fenomena Arthur sebagai sebuah citra historis benar-benar mulai terlihat.

William dari Malmesbury dan Geoffrey dari Monmouth menghasilkan karya-karya yang mengandung pengertian atas legenda Arthurian. Sayangnya karya-karya mereka banyak memasukkan istilah yang fiksi, yang mengaburkan kenyataan pemerintaan Arthur yang sebenarnya.
Ada bukti lain untuk istananya di dalam fakta historis. Banyak orang percaya bahwa Glastonbury di Sommerset adalah tempat Kerajaan Camelot yang sesungguhnya, dan pada abad ke-12 diklaim bahwa makan Raja Arthur telah ditemukan disana. Demikian pula, Kepulauan Scily yang dikatakan menyimpan jenazah sang raja besar.

Tentu saja ada banyak tempat yang bercirikan di dalam mitologi Arthurian dan para arkeolog telah menemukan banyak tokoh historis yang mungkin adalah raja itu sendiri. Para arkeolog percaya bahwa banyaknya kemungkinan yang dijadikan sebagai identitas Arthur yang sebenarnya yang mungkin menjadi alasan mengapa pengetahuan kita tentang Arthurian menjadi kabur dan banyak sejarah pribadi seseorang yang telah dikacaukan dan digabungkan kedalam sosok tokoh King Arthur.
Dari apa yang kita ketahui bahwa pada abad ke enam banyak kerajaan Celtik yang mempunyai pemimpin dengan nama Arthur. Hal ini mungkin saja sebagai penghormatan bagi sang raja asli. Meskipun penggunaan nama menyelubungi legenda Arthur yang asli, ia juga menunjukan fakta bahwa seorang pemimpin yang sangat besar dan mengilhami ada pada suatu generasi sebelumnya.
Mungkin bukti yang paling mengherankan baru dikemukakan pada Juli 1998. Dimana para arkeolog menemukan sebuah lempengan yang ditandai dalam bahasa Latin bernama “Atagnov” atau “Arthou” di atas bukit karang Tintagel, Cornwall. Diatas lempengan itu dicantumkan tanggal abad ke enam, dan membuktikan bahwa nama itu ada di negeri-negeri Arthurian yang legendaris pada saat yang tepat dan merupakan milik seseorang yang terkemuka.

Seperti banyak misteri sejarah, kerusakan pada kebenaran sejarah disebabkan waktu yang terus berjalan dengan cepat, dan itu diperbaiki oleh ilmu dan penerapan yang tang tepat. Mungkin kita tidak pernah tahu percis siapa sesungguhnya yang digambarkan sebagai Legenda Raja Arthur yang terkenal itu, tetapi dengan banyaknya penemuan-penemuan seperti ini, maka kita akan bergerak semakin cepat kepada kebenaran yang sesungguhnya.

Sumber : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=480152855448988&id=435598946571046&substory_index=0
http://nadanadida.blogspot.co.id/2012/10/legenda-dan-keberadaan-raja-arthur.html
http://koensetyawan.blogspot.co.id/2006/08/raja-arthur-yang-sebenarnya.html
http://www.merdeka.com/gaya/menguak-misteri-excalibur-pedang-legendaris-dari-mitos-raja-arthur.html

2 komentar:

Shirosaki mengatakan...

Hebat

BELAJAR BAHASA mengatakan...

legenda raja Arthur merupakan sejarah kebudayaan Inggris

Posting Komentar