Jumat, 11 Maret 2016

Sejarah Singkat Cokroaminoto, sang guru bangsa



Mungkin kalian sudah mengenal beberapa tokoh seperti Ir.Sukarno,  Kartosuwiryo (mendeklarasikan Negara Islam Indonesia), dan juga Musso (melakukan pemberontakan Madiun). Tetapi tahukah kalian ada seseorang guru yang merupakan seorang guru bagi para orang yang merupakan bagian dari sejarah Bangsa Indonesia tersebut.

Dia adalah Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, atau yang lebih di kenal dengan nama H.O.S Cokroaminoto. Lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882  Cokroaminoto merupakan anak kedua dari 12 orang bersaudara. Ayahnya R.M. Tjokroamiseno merupakan , salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu, dan Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro merupakan mantan bupati Ponorogo.

Semasa kecil ia dikenal sebagai anak nakal dan suka berkelahi. Ia masuk pangreh praja pada tahun 1900, dan setelah beberapa kali pindah sekolah dia akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan di OSVIA (sekolah calon pegawai pemerintah atau pamong praja) pada tahun 1902.

Bersama istrinya Suharsikin ia mendirikan rumah kost yang nantinya akan menjadi tempat lahirnya para tokoh - tokoh yang akan memberi warna pada sejarah Indonesia. Setelah menamatkan sekolahnya, ia bekerja sebagai seorang juru tulis di Ngawi dan kemudian bekerja di perusahaan dagang di Surabaya. Pada bulan Mei 1912 Tjokroaminoto  organisasi Sarekat Islam, dan kemudian di percaya menjadi pimpinan Sarikat Islam.

Cokroaminoto sendiri  terkenal karena kebijakannya yang tegas namun bersahaja, dan juga orang yang menyarankan ahar SDI di ubah menjadi partai politik pada 10 September 1912. SI kemudian berkembang menjadi parpol dengan keanggotaan yang tidak terbatas pada pedagang dan rakyat Jawa-Madura saja.

Di bawah kepemimpinannya, SI mengalami kemajuan pesat dan berkembang menjadi partai massa. Pemerintah Hindia Belanda pun berupaya menghalangi SI dengan membatasi kekuasaan pengurus pusat (Centraal Sarekat Islam) dan organisasi SI (afdeling SI).Situasi itu menjadikan SI menghadapi kesenjangan antara pusat dan daerah yang menyebabkan kesulitan dalam mobilisasi para anggotanya.

Pada tahun 1912-1916, Cokroaminoto bersikap sedikit moderat terhadap pemerintah Belanda. Tetapi semenjak tahun 1916 untuk menghadapi pembentukan Dewan Rakyat, suasana berubah menjadi hangat. Dalam kongres-kongres SI, Cokroaminoto mulai melancarkan ide pembentukan nation (bangsa) dan pemerintahan sendiri.

Sebagai reaksi terhadap "Janji November" (November Beloftem), Gubernur Jenderal van Limburgh Stirum, Cokroaminoto selaku wakil SI dalam Volksraad bersama Abdul Muis, Cipto Mangukusumo, atas nama kelompok radicale concentratie mengajukan Mosi Cokroaminoto pada tanggal 25 November 1918.

Mereka menuntut: Pertama, pembentukan Dewan Negara di mana penduduk semua wakil dari kerajaan. Kedua, pertangggungjawaban departemen/pemerintah Hindia Belanda terhadap perwakilan rakyat. Tiga, pertangggungjawaban terhadap perwakilan rakyat. Keempat, reformasi pemerintahan dan desentralisasi. Intinya, mereka menuntut pemerintah Belanda membentuk parlemen yang anggotanya dipilih dari rakyat dan oleh rakyat. Pemerintah sendiri dituntut bertanggung jawab pada parlemen.

Namun, oleh Ketua Parlemen Belanda, tuntutan tersebut dianggap hanya fantasi belaka. Sehingga, Centraal  Sarekat Islam pada kongres nasionalnya di  Yogyakarta tanggal 2-6 Maret 1921, memberikan reaksi atas sikap pemerintah Belanda tersebut dengan merumuskan tujuan perjuangan politik SI sebagai, "Untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda".
Pada tahun 1920, ia dijebloskan ke penjara dengan tuduhan menghasut dan mempersiapkan pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Belanda. Pada April 1922, setelah tujuh bulan meringkuk di penjara, ia kemudian dibebaskan. Cokroaminoto kemudian diminta kembali untuk duduk dalam Volksraad, namun permintaan itu ditolaknya karena ia sudah tak mau lagi bekerjasama dengan pemerintah Belanda.

Selain itu ada juga masalah lain yang timbul dalam tubuh SI dengan masuknya infiltrasi komunisme, dengan terbentuknya SI merah dan SI putih. Sayangnya SI merah yang di pimpin Semaun berhasil membunjuk tokoh - tokoh muda seperti Alimin, Tan Malaka, dan Darsono . Saat jurang perpisahan antara SI Merah dan SI putih semakin lebar minvul pernyataaan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang Pan-Islamisme (apa yang selalu menjadi aliran HOS dan rekan-rekannya).

Hal ini mendorong Muhammadiyah pada Kongres Maret 1921 di Yogyakarta untuk mendesak SI agar segera melepas SI merah dan Semaun karena memang sudah berbeda aliran dengan Sarekat Islam. Akhirnya Semaun dan Darsono dikeluarkan dari SI dan kemudian pada 1929 SI diusung sebagai Partai Sarikat Islam Indonesia hingga menjadi peserta pemilu pertama pada 1950.

Cokroaminoto meninggal di Yogyakarta Indonesia 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Ia di makamkan di TMP Pekuncen Yogyakarta setelah jatuh sakit sehabis mengikuti kongresi SI di Bajarmasin.

Sumber : https://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/24/sang-raja-tanpa-mahkota-hidup-dan-perjuangan-tjokroaminoto/
https://id.wikipedia.org/wiki/Oemar_Said_Tjokroaminoto
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/667-raja-jawa-tanpa-mahkota
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjYnIDPnbPLAhXpAJoKHX7PBBUQFggpMAE&url=http%3A%2F%2Fwww.biografiku.com%2F2012%2F03%2Fbiografi-hos-cokroaminoto-pahlawan.html&usg=AFQjCNHTtY2_NxW4lKPClnklWfFTPHhFcQ

0 komentar:

Posting Komentar